ENDTIME ISSUES NEWSLETTER No. 122
Haruskah Orang Advent Menolak Penggunaan Salib?
Samuele Bacchiocchi, Ph D.,
Pensiunan Profesor Teologi dan Sejarah Gereja,
Andrews University
Secara historis Gereja Masehi Advent Hari Ketujuh menghindari penggunaan Salib di gedung-gedung gereja dan sekolah. Bangunan Gereja Advent yang memiliki menara biasanya diatasnya didirikan tonggak besi sebagai antipetir atau mendirikan lampu, bukan Salib. Alasan keberatan terhadap penggunaan Salib adalah menghindari godaan bagi orang Kristen, khususnya Katolik yang taat, untuk memperlakukan Salib sebagai barang suci yang digunakan untuk menyembah Kristus.
Ketika Gereja Advent pertama diresmikan di Roma, Italia (dekat Santo Petrus), di atas gerbang besi gereja ada Salib. Di antara orang-orang menunggu bus di depan gerbang, selalu ada orang-orang Katolik yang taat, yang ketika memandang Salib, dan secara naluriah membuat tanda salib dan membaca doa Ave Maria atau Lords Prayer. Bagi mereka, Salib, walaupun di atas gerbang besi adalah benda suci yang dapat digunakan untuk menyembah Kristus.
Mengingat masalah yang disebabkan oleh Salib besi ini, pemimpin gereja memutuskan untuk mencabut Salib dari gerbang. Keadaan seperti inilah, penggunaan berhala Salib, membuat Gereja Advent tidak menyarankan penggunaan Salib di luar atau di dalam gereja-gereja kita. Tetapi situasi ini telah berubah belakangan ini, terutama di negara-negara yang dominan Protestan di mana Salib dipandang sebagai simbol pengorbanan kematian Kristus, bukan sebagai obyek penyembahan.
Di Andrews University di kampus kita, sebuah Salib yang berkarat sering ditempatkan di mimbar gereja ketika pendeta mengkhotbahkan khotbah yang terkait dengan Salib. Juga tiga salib kayu besar yang bahkan aktor Passion of the Christ tidak sanggup memikulnya, ditempatkan dekat toko komputer dan didirikan secara permanen kampus Andrews University. Saya diberitahu bahwa salib-salib ini digunakan untuk drama tahunan. Salib Bukan Lambang Kekafiran Dalam berbagai kesempatan banyak anggota gereja meminta pendapat saya tentang penempatkan Salib di puncak menara atau di depan gedung gereja mereka yang baru. Minggu lalu saya menerima pertanyaan yang tidak biasa dari seorang pendeta di Filipina mengungkapkan kesedihannya atas perpecahan yang disebabkan oleh Salib di antara anggota-angota gereja di distrik yang dia gembalakan. Dia mengatakan bahwa sejumlah anggota Gereja Advent yang setia telah meninggalkan gereja dan membentuk organisasi gereja yang independen karena Salib ditempatkan di gedung gereja. Bagi mereka salib adalah sebuah simbol kekafiran dan kita orang Advent harus menghindarinya.
Pendeta dari Filipina ini ingin tahu apakah memang Salib adalah simbol ibadah kekafiran, seperti yang
dituduhkan oleh anggota tidak setuju. Jawabannya adalah TIDAK! Ketika melakukan riset untuk buku baru saya yang berjudul THE PASSION OF CHRIST IN SCRIPTURE AND HISTORY, saya menemukan bahwa orang-orang kafir membenci Salib karena itu adalah simbol yang memalukan dari penghukuman penjahat. Salib tidak pernah menjadi simbol ibadah kekafiran. Haruskah Orang Advent Menolak Penggunaan Salib?
2
Secara historis perayaan kelahiran Kristus pada tanggal 25 Desember dengan lampu, pohon Natal, bertukar hadiah dapat dirunut hingga abad ketiga merupakan perayaan kekafiran Natalis Solis Invicto - kelahiran yang tak terkalahkan Dewa Matahari, tetapi Salib sebagai simbol iman Kristen tidak memiliki akar kekafiran. Orang Kristen mengadopsi lambang Salib, meskipun pada lambang itu terdapat rasa malu dan ejekan, karena mereka mengerti bahwa kematian pengorbanan Yesus di kayu salib adalah dasar dan inti dari iman mereka.
Masalahnya sekarang adalah bahwa Salib yang pada awalnya digunakan sebagai simbol iman Kristen, tetapi secara bertahap menjadi Salib dengan patungYesus digunakan sebagai obyek penyembahan. Berhala penggunaan Salib masih dominan di negara-negara Katolik. Hal ini untuk menjelaskan mengapa Gereja Advent di negara-negara yang dominan Katolik umumnya menghindari sama sekali penggunaan Salib di gereja-gereja mereka. Mereka tahu bahwa kehadiran sebuah Salib dalam gereja Advent akan menggoda pengunjung Katolik untuk berlutut di depan Salib dan menyembah patung Kristus yang ada pada Salib.
Kesesatan penggunakan salib sebagai suatu obyek penyembahan di Gereja Katolik, seharusnya tidak menjadi alasan bagi orang Advent untuk keberatan dengan penggunaan Salib, yang adalah simbol pengorbanan Kristus yang mati untuk penebusan kita. Salib yang sederhana yang ditempatkan di puncak menara gereja atau di depan sebuah gereja Advent dapat berfungsi untuk menyampaikan pesan bahwa bangunan kita bukan milik Masonik Lodge, atau Kingdom Hall milik Saksi Jehowah, tetapi milik Gereja Kristen yang menerima korban kematian Kristus bagi keselamatan kita.
Di negara-negara Katolik di mana Salib dan berfungsi sebagai obyek penyembahan, sangat bijaksana bagi gereja-gereja kita untuk tidak menampilkan Salib di tempat yang menonjol. Alasannya adalah pastoral, bukan teologis. Kita ingin membantu orang yang baru percaya untuk melakukan transisi dari ibadah pada Kristus melalui ikon dan Salib, kepada penyembahan pada Tuhan dalam Roh dan Kebenaran.
Salib adalah Lambang Kekristenan Kekristenan seperti juga agama-agama lain tanpa kecuali memiliki simbol visual. Seiring dengan perjalanan sejarah, Salib menjadi lambang universal kepercayaan Kristen dalam keselamatan melalui pengorbanan pendamaian Kristus. Orang Kristen yang mula-mula menghindari penggunaan Salib sebagai simbol visual iman mereka, meskipun mereka dengan berani berbicara tentang salib (1 Kor 1:23; Gal 6:14). Untuk menghindari tuduhan yang kejam dan penganiayaan, mereka menghindari menghubungkan iman mereka dalam Kristus dengan Salib, sebab pada waktu itu Salib adalah simbol hukuman yang memalukan.
Di dinding dan langit-langit katakombe, orang Kristen yang mula-mula melukis lukisan seperti merak (lambang keabadian), merpati (simbol dari Roh Kudus), cabang palem (simbol kemenangan), dan khususnya ikan.
Lukisan-lukisan itu adalah kode rahasia sebab hanya orang Kristen yang tahu bahwa kata Yunani untuk ikan, Ichthus, adalah singkatan Iesus Christos Theou Huios Soter, yang berarti, "Yesus Kristus, Anak Allah,
Juruselamat."
Pada abad kedua, orang Kristen mulai melukis tema-tema Alkitab seperti Bahtera Nuh, Yunus dan ikan besar, Gembala yang Baik, tiga orang muda Ibrani dalam dapur api, dan kebangkitan Lazarus. Semua gambar-gambar ini dimaksudkan untuk mewakili aspek misi penyelamatan Kristus. Orang Kristen memilih gambar salib sebagai simbol iman Kristen mereka sehubungan dengan kurban penebusan melalui kematian Kristus.
Sebenarnya beragam gambar yang cocok untuk mengungkapkan iman Kristen. Orang Kristen bisa memilih palungan untuk melambangkan inkarnasi, makam kosong untuk melambangkan kebangkitan, merpati untuk Haruskah Orang Advent Menolak Penggunaan Salib?
3
melambangkan pencurahan Roh Kudus, dan takhta untuk melambangkan kemuliaan Kristus. Tetapi mereka memilih Salib yang sederhana, karena simbol ini secara efektif mewakili inti dari kepercayaan Kristen dalam penebusan melalui pengorbanan kematian Kristus. Salib dengan patung kristus melekat padanya "tidak dikenal dan tidak digunakan sebelum abad keenam."
Pilihan orang-orang Kristen pada salib untuk mewakili iman mereka menarik untuk diteliti sebab bila kita ingat salib adalah metode paling kejam dalam pelaksanaan penghukuman. Metode ini disediakan untuk para budak dan orang asing yang telah divonis sebagai pembunuh atau orang yang melakukan makar. Penyaliban itu sangat memalukan sehingga warganegara Romawi dibebaskan dari metoda penghukuman ini. Musuh-musuh orang Kristen yang mula-mula memanfaatkan stigma rasa malu penyaliban untuk mengejek orang Kristen dengan mengatakan bahwa Kristus menyelamatkan manusia dengan mati di kayu Salib.
Sebuah contoh yang sehubungan dengan topik ini adalah grafiti dari abad kedua yang ditemukan di Palatine Hill di Roma. Grafiti itu adalah karikatur dari penyaliban Kristus. Grafiti menggambarkan seorang pria berbaring di salib dengan kepala keledai. Di kiri berdiri laki-laki lain dengan satu tangan terangkat dalam posisi menyembah. Di bagian bawah tertulis kata-kata seperti ini: " ALEXAMENOS CEBETE THEON - Alexamenos menyembah Allah." Ejekan bahwa orang Kristen menyembah keledai mengungkapkan kebencian orang-orang Romawi pada ibadah Kristen pada Juruselamat disalibkan.
Kenyataan Salib menjadi simbol iman Kristen, meskipun lambang ini adalah lambang siksa, rasa malu dan ejekan, dan hina tetapi orang Kristen yang mula-mula memahami bahwa kematian pengorbanan Yesus di kayu salib adalah dasar dan inti dari iman mereka. Mereka tidak mau untuk menukarnya dengan sesuatu kurang ofensif. Mereka tetap berpegang teguh pada salib itu, karena itu adalah simbol kesetiaan mereka kepada Juruselamat mereka dan penerimaan korban kematianNya untuk penebusan mereka.
Kesimpulan
Ajaran yang berpusat pada Salib menuntun orang Kristen untuk mengadopsi lambang salib sebagai simbol iman mereka, karena salib secara efektif mewakili kepercayaan mereka pada keselamatan melalui kematian Yesus di kayu Salib. Namun, perlu diketahui bahwa orang Kristen awal menggunakan salib polos yang sedernana, bukan salib dengan patung mayat Yesus yang berdarah melekat padanya. Mengapa? Karena mereka percaya bahwa Kristus menyelamatkan mereka, bukan melalui intensitas penderitaan-Nya, seperti digambarkan dalam film Mel Gibsons, melainkan melalui korban kematian sukarela sang Ilahi.